Konsep Dasar Total Quality Manajemen (TQM)

Konsep Dasar Total Quality Manajemen (TQM)

KONSEP DASAR TOTAL QUALITY MANAJEMEN (TQM)


Sudah sering kita mendengar tentang Total Quality Management atau yang sering di sebut dengan TQM. Total Quality Manajemen (TQM) berasal dari kata “Total” yang berarti keseluruhan atau terpadu, “Quality” yang berarti mutu, dan “Management” diartikan dengan pengelolaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses planing, organizing, actuating, dan controlling terhadap seluruh kegiatan dalam organisasi.

Tetapi tidak sedikit dari beberapa element masyarakat yang masih belum faham betul tentang Total Quality Management. Hal ini mengakibatkan salah penafsiran serta kegagalan dalam pengimplementasian Total Quality Management itu sendiri. Sebagai element-element yang nantinya akan berkecimpung di dunia pendidikan baiknya kita mempelajari serta betul-betul memahami konsep dasar serta realisasi dari Total Quality Management tersebut.

Sehingga pada artikel kali ini akan membahas beberapa hal mengenai Konsep Dasar Total Quality Manjemen atau yang sering disebut sebagai TQM. Berikut hhal-hal yang akan dibahas:

  1. Apa yang di maksud dengan kualitas?
  2. Apa definisi dari Total Quality Management?
  3. Bagaimana sejarah singkat TQM?
  4. Kenapa di perlukanya TQM dalam mengembangkan mutu pendidikan?
  5. Apa perbedaan TQM dengan management lainya?
  6. Apa saja unsur-unsur pokok TQM?
  7. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan gagal nya TQM?


Berikut kita bahas satu persatu dalam pembahasan yang akan dijabarkan di bawah ini.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kualitas


Sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari tentang kualitas. Di mana orang-orang menganggap kualitas sebagi penilaian dari sesuatu. Apa sebenarnya kualitas? Untuk mempermudah kita dalam memahami tentang kualitas, pemakalah akan menghadirkan beberapa refrensi yang dapat membantu kita dalam menggambarkan kualitas.

Dalam bahasa inggris kualitas biasanya di sebut dengan “quality” dalam bahasa Indonesia sendiri kualitas di artikan sebagai mutu. Di mana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kualitas merupakan “ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya)”.[1]

Dalam hal ini banya bermunculan pendapat dari para tokoh-tokoh tentang pendifinisian kualitas. Banyak sekali para tokoh yang saling mengungkapkan pendapatnya. Tetapi kali ini pemakalah hanya akan menghadir kan tiga pendapat dalam mendifinisikan kualitas.

Pendapat yang pertama datang dari B.Suryobroto yang mana beliau berpendapat bahwa kualitas merupakan derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun intangible.[2]

Sementara itu menurut Pleffer dan Coote menggambarkan kualitas sebagai ukuran penilaian atau penghargaan yang di berikan kepada barang (products) atau kinerjanya.[3]Pendapat yang terakhir yakni pendapat dari Gregory yang menyatakan kualitas adalah kesesuaian sesuatu dari standart yang di tentukan (dapat memuaskan keinginan, pengharapan dan kebutuhan pelanggan).[4]

Dari beberapa refrensi yang sudah di sebut di atas terdapat perbedaan dalam pendiskripsian kualitas. Hal ini di sebabkan karena adanyan perbedaan dari sudut pandang dan sudut kepentingan pengguna. Meskipun demikian bukan berarti kita tidak dapat menarik kesimpulan dari beberapa definisi kualitas di atas.

Bisa kita amati bersama-sama dari pendapat para tokoh di atas yang mengemukakan tentang arti kualitas bahwa titik berat kualitas terletak pada ketika sesuatu tersebut bernilai baik atau mengandung makna yang baik. Dimana penentuan sesuatu yang baik itu tergolong relatif. Tetapi secara garis besar kualitas merupakan gambaran atau pendiskripsian mengenai sesuatu yang di anggap baik.

B. Definisi Total Quality Management


Dalam dunia pendidikan tidak asing lagi dengan istilah Total Quality Management atau yang sering di singkat sebagai TQM. Dimana TQM sendiri sudah di terapkan dalam organisasi-organisasi pendidikan. Sebenarnya apa yang di maksud dengan Total Quality Management?

Pada bab berikutnya ini kita akan membahsa tentang pendifinian Total Quality Manajement. Atau dalam bahasa Indonesia “Total” yang berarti keseluruhan atau terpadu, “Quality” yang berarti mutu, dan “Management” diartikan dengan pengelolaan. Seperti pendefinisian pada umum nya, dalam pendiskripsian tentang Total Quality Manajement juga banyak bermunculan pendapat-pendapat mengenai pendiskripsian dari Total Quality Management tersebut.

Salah satunya menurut M.Nasution yang berpendapat bahwa Total Quality Manajemen tersebut merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan.[5]

Sementara itu Santoso mendefinisikan Total Quality Management sebagai sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.[6]

Dari kedua pendapat di atas dapat kita tarik beberapa point penting dalam Total Quality Management yakni:

  1. Kualitas sebagai strategi usaha.
  2. Perbaikan secara terus menerus guna memenuhi kebutuhan pelanggan.
  3. Mempertahankan kepuasan pelanggan.


Dengan demikian Total Quality Management dapat di katakan sebagai gabungan dari semua fungsi dan proses organisasi guna mencapai perbaikan secara terus menerus dalam peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan tujuan utama mempertahankan kepuasan pelanggan. Dalam sebuah organisasi pendidikan dapat di aplikasikan dalam pemberdayaan kinerja guru.

C. Sejarah Singkat TQM


Dalam konteks pendidikan sendiri Total Quality Management merupakan sebuah metode tentang perbaikan secara terus menerus yang mengangakat kualitas sebagai strategi usaha. Seperti yang kita tau saat ini TQM semakin banyak di gunakan dalam institusi-intitusi perusahaan maupun lembaga-lembaga pendidikan. Bagaimana awal dari TQM dan bagaimana perjalanan TQM? Kali ini kita akan mengutip sejarah singkat Total Quality Management.

Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa bapak manajemen Ilmiah yakni Frederick Winston Taylor sekitar tahun 1920-an. Ada beberapa peristiwa dalam evolusi gerakan total quality di Amerika Serikat yang telah dirangkum dibawah ini yaitu[7]:

Tahun Kejadian Bersejarah
1911 Frederick W. Taylor mempublikasikan bukunya The Principles of Scentific Management, yang melahirkan berbagai teknik, seperti studi waktu dan gerak.
1931 Walter A. Shewhart dari Bell Laboratories memperkenalkan statistical quality control dalam bukunya Economic Control of Quality of Manufacturing Products.
1940 W. Edwards Deming membantu U.S. Bureau of Census dalam menerapkan teknik-teknik sampling statistic.
1941 W. Edwards Deming mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S. War Department.
1950 W. Edwards Deming mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada para ilmuan, insinyur, dan eksekutif perusahaan Jepang.
1951 Joseph M. Juran mempublikasikan bukunya yang berjudul Quality Control Handbook.
1961 Martin Company (kemudian bernama Martin-Marietta) membangun rudal pershing yang memiliki tingkat kerusakan nol.
1970 Philip Crosby memperkenalkan konsep zero defects.
1979 Philip Crosby mempublikasikan bukunya yang berjudul Quality is Free.
1980 Siaran dokumentasi TV if Japan Can. Why Can't We? Memberi pengakuan kepada W. Edwards Deming di USA.
1981 Ford Motor Company mengundang W. Edwards Deming untuk berbicara di hadapan eksekutif puncaknya, memelopori hubungan produktif antara produsen mobil dan pakar kualitas.
1982 W. Edwards Deming menerbitkan buku berjudul Quality, Productivity, and Comperative Position.
1984 Philip Bing Crosby menerbitkan buku berjudul Quality Without Tears: The Art of Hassle Free Management.
1987 Konggres Amerika Serikat menetapkan Malcolm Baldrige National Quality Award.
1988 Secretary of Defense Frank Carlucci memerintahkan U.S. Department of Defense untuk mengadopsi total quality.
1989 Florida Power and Light berhasil menjadi perusahaan non-Jepang pertama yang berhasil memenangkan Deming Prize.
1993 Total quality approach diajarkan universitas-universitas di Amerika Serikat.

Aspek yang paling mendasar dari manajemen ilmiah adalah adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas, pada kenyataanya konsep tersebut telah menggeser konsep lama mengenai keahlian atau keterampilan, di mana individu yang sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Karna hal itu manajemen ilmiah Taylor mengatasinya dengan membuat perencanaan tugas manajemen dan tugas tenaga kerja.

Seiring dengan berjalanya waktu dengan semakin banyaknya tuntutan dari konsumen mengenai peningkatan kualitas hal ini mendorong timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an dan reliability engineering pada tahun 1950-an. Quality engineering sendiri mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical process control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari total quality management.

Sekalipun konsep TQM banyak dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan Jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa TQM ‘made in Japan’. Hal ini dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari Amerika Serikat di antaranya sebagai berikut[8]:

  1. Manajemen ilmiah, yaitu berupaya menemukan satu cara terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
  2. Dinamika kelompok, yaitu mengupayakan dan mengorganisasikan kekuatan pengalaman kelompok.
  3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan investasi dalam sumber daya manusia.
  4. Motivasi berprestasi.
  5. Keterlibatan karyawan.
  6. Sistem sosioteknikal, di mana organisasi beroperasi sebagai sistem yang terbuka.
  7. Pengembangan organisasi.
  8. Budaya organisasi, yakni menyangkut keyakinan, mitos, dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku setiap orang dalam organisasi.
  9. Teori kepemimpinan baru, yakni menginspirasikan dan memberdayakan orang lain untuk bertindak.
  10. Konsep lingking-pin dalam organisasi, yaitu membentuk tim fungsional silang.
  11. Perencanaan strategik.
  12. Latar Belakang Perlunya TQM


Dengan mempelajari tentang pendiskripsian Total Quality Manajement tentunya tidak sulit bagi kita mencari latar belakang perlunya Total Quality Management. Berbekal dari pendiskripsian mengenai kualitas dan Total Quality Management seperti yang sudah di jelaskan di atas, pemakalah dapat mengemukakan latar blakang perlunya Total Quality Management khususnya dalam pendidikan.

Apa latar belakang perlunya TQM? Yakni TQM merupakan cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.

Jika kita terapkan dalam sebuah linstitusi pendidikan TQM akan memberikan dampak yang begitu nyata yakni untuk menarik masyarakat dan meningkatkan daya saing lembaga yang bersangkutan.

E. Perbedaan TQM dengan Manajemen Lainya


Tentunya ada perbedaan antara Total Quality Management dengan manajemen-manajemen lainya. Dari refrensi yang kita ambil ada empat perbedaan pokok antara TQM dengan metode manajemen lainnya. Yakni perbedaan dari asal intelektualnya, sumber inovasinya, asal negara kelahiranya dan proses penyebaranya.[9] Adapun di bawa ini pemakalah akan menjabarkan tentang perbedaan-perbedaan yang di sebutkan tadi.

  1. Asal intelektual. Sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi mendasari teknik pemasaran dan decision support system, dan sosiologi memberikan dasar konseptual bagi desain organisasi. Sementara itu dasar teoritis dari TQM adalah statistika. Inti dari TQM adalah Pengendalian Proses Statistikal (SPC atau Statistical Process Control) yang didasarkan pada sampling dan analisis varians.
  2. Sumber inovasi. Bila sebagian besar ide dan teknik manajemen bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan manajemen terkemuka, maka inovasi manajemen sebagian besar dihasilkan oleh para pionir yang pada umumnya adalah insinyur industri dan ahli fisika yang bekerja di sektor industri dan pemerintah.
  3. Asal negara kelahiran. Kebanyakan konsep dan teknik dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh dunia. Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.
  4. Proses diseminasi atau penyebaran. Penyebaran sebagian besar manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down. Yang mempeloporinya biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti General Electric, IBM, dan General Motors. Sedangkan gerakan perbaikan kualitas merupakan proses bottom up, yang dipelopori perusahaan-perusahaan kecil. Dalam implementasi TQM, penggerak utamanya tidaklah selalu CEO, tetapi seringkali malah manajer departemen atau manajer divisi.


F. Unsur-unsur Pokok TQM


Seperti manajemen-manajemen yang lainya Total Quality Management juga memiliki unsur-unsur utama di dalam nya. Menurut Hensler dan Brunell ada empat prinsip utama dalam TQM yakni kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta serta Perbaikan berkesinambungan.

Sementara itu unsur-unsur utama dalam Total Quality Management ada sepuluh unsur pokok. Yakni fokus pada pelanggan, terobsesi dengan mutu, menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah, komitmen jangka panjang, kerja tim, Continual process improvement, pendidikan dan pelatihan, tidak ada pengendalian, keseragaman tujuan serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.[10]

Adapun berikut ini uraian dari unsur-unsur pokok dalam Total Quality Management.

  1. Fokus pada Pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelangan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan ualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
  2. Terobsesi dengan mutu, yaitu dengan menjadikan mutu sebagai pegangan atau pandangan hidup seluruh anggota organisasi atau perusahaan.
  3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Hal ini disebabkan pendekatan ilmiah dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
  4. Komitmen jangka panjang. Usaha peningkatan atau perbaikan mutu bukan merupakan loncatan (quantum leap). Melainkan merupakan suatu proses jangka panjang yang berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan total quality, perhatian kita harus berpusat pada masa mendatang yang berjangka jauh ke depan, bukan untuk jangka pendek.
  5. Kerja tim (teamwork). Ada prinsip yang mengatakan bahwa pemikiran sekumpulan orang lebih baik daripada hanya satu orang, sehingga hasil yang dapat diperoleh akan lebih baik bila semua pekerjaan dikerjakan secara bersama-sama. Pemberian upah dan penghargaan pun tidak dilaksanakan secara individu, melainkan juga merupakan penilaian kelompok.
  6. Continual process improvement. Mutu hanya bisa dicapai bila selalu diadakan perbaikan dan penyempurnaan walau hanya kecil. Hal ini sesuai dengan prinsip Kaizen “little better everyday”.
  7. Pendidikan dan pelatihan. Karena untuk menciptakan sesuatu yang bermutu, maka orang harus mau belajar dan berlatih sampai kapan pun. Hal ini akan membentuk dan meningkatkan pola pikir yang selalu berorientasi pada proses perbaikan.
  8. Tidak ada pengendalian (freedom from control). Perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada total quality tidak lagi menggunakan statistical process control yang hanya merupakan penilaian produk akhir, melainkan setiap karyawan harus mengendalikan sendiri dirinya untuk membuat atau memberikan atau menerima produk yang benar-benar bebas cacat.
  9. Keseragaman tujuan. Dengan adanya kesamaan tujuan maka kegiatan akan dapat dilakukan dengan mudah dan tidak ada pertentangan dalam pelaksanaannya.
  10. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa dua manfaat utama. Yakni meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kemudian, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.


G. Faktor Penyebab Kegagalan TQM


Kegagalan-kegagalan Total Quality Management sebenarnya merupakan kegagalan presepsi dari pihak-pihak yang melaksanakanya. Semisal dalam suatu organisasi yang menggunakan TQM yang menganggap Total Quality Management sebagai media penyembuh yang cepat, maka usaha tersebut telah gagal sejak awal. Dapat kita simpulkan pula kegagalan tersebut di sebabkan karena pengimplementasian TQM yang setengah-setengah serta harapan yang muluk-muluk dalam artian tidak realistis.

Adapun penyebab kegagalan Total Quality Management dari refrensi yang kami kutip[11]:

  1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior. Upaya perbaikan kualitas sepatutnya dimulai dari pihak manajemen di mana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaannya. Bila tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada pihak lain (misalnya kepada pakar yang digaji) maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar.
  2. Team mania. Yang mana maksudnya yakni organisasi perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan semua karyawan. Dalam hal ini patutnya terjadi hubungan kerja sama yang harmonis dari masing-masing pihak. Rasa kerja sama tersebut dapat di bentuk dengan pemahaman tentang peran/tugas masing-masing. Dapat pula dengan perubahan budaya dalam organisasi maksudnya berusaha menyatukan tim agar menciptakan sebuah kerja sama yang berhasil. Kedua hal tersebut baik nya dilakukan sebelum pembentukan tim.
  3. Proses penyebarluasan (deployment) yang tidak merata. Baiknya pengembangan kualitas melibatkan para manajer, serikat kerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan, pengembangan keterampilan, pendidikan, dan kesadaran. Semisal dalam organisasi pendidikan pengembangan kualitas tersebut harus di sertai pemahaman serta kerjasama dari kepala sekolah, staf-staf, guru dan sebagainya.
  4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis. Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming, pendekatan Juran, atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip yang ditentukan di situ. Padahal tidak ada satu pun pendekatan yang disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi. Bahkan pakar kualitas mendorong organisasi untuk menyesuaikan program-program kualitas dengan kebutuhan mereka masing-masing.
  5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis. Bila hanya mengirim karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari, bukan berarti telah membentuk keterampilan mereka. Masih dibutuhkan waktu untuk mendidik, mengilhami, dan membuat para karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang cukup lama pula untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
  6. Empowerment yang bersifat prematur. Banyak perusahaan yang kurang memahami makna pemberian empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira bahwa karyawan telah dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu.


KESIMPULAN


Setelah melakukan pembahasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :

  1. Titik berat kualitas terletak pada ketika sesuatu tersebut bernilai baik atau mengandung makna yang baik. Secara garis besar kualitas merupakan gambaran atau pendiskripsian mengenai sesuatu yang di anggap baik.
  2. Total Quality Management sebagai gabungan dari semua fungsi dan proses organisasi guna mencapai perbaikan dalam peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan tujuan utama mempertahankan kepuasan pelanggan.
  3. Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa bapak manajemen Ilmiah yakni Frederick Winston Taylor sekitar tahun 1920-an yakni adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Kemudian timbul quality engineering pada tahun 1920-an dan reliability engineering pada tahun 1950-an. Quality engineering sendiri mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical process control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari total quality management.
  4. Latar blakang perlunya TQM yakni TQM merupakan cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dengan menghasilkan kualitas yang terbaik.
  5. Adapun perbedaan antara TQM dengan manajemen lainya yakni: Asal intelektual, Sumber inovasi, Asal negara kelahiran dan Proses diseminasi atau penyebaran.
  6. Unsur-unsur utama dalam Total Quality Management yakni fokus pada pelanggan, terobsesi dengan mutu, menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah, komitmen jangka panjang, kerja tim, Continual process improvement, pendidikan dan pelatihan, tidak ada pengendalian, keseragaman tujuan serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
  7. Penyebab kegagalan Total Quality Management yakni di sebabkan karena pengimplementasian TQM yang setengah-setengah serta harapan yang muluk-muluk dalam artian tidak realistis.


DAFTAR PUSTAKA


Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

B.Suryobroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Aan Komariyah dan Cepi Triatna. 2008. Visonary Leadership;Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Amin Widjaja Tunggal. 1992. Audit Mutu (Quality Auditing). Jakarta: Rineka Cipta.

M.N. Nasution. 2001, Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 1998, Total Quality Management Kawasan Candi Gebang: Andi Offset Yogyakarta.

Fathurrrohman, Sulistyorini. 2012. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.



Makalah ini terdiri dari beberapa sumber internet antara lain :

http:// Wikipedia.com di akses pada tanggal 09-10-2016 pada pukul 07:37 WIB

http://vita.blogspot.co.id//sejarah-total-quality-manajemen.html di akses pada tanggal 08-10-2016 pada pukul 09:15 WIB


[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996. hlm.677.

[2] B.Suryobroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. hlm.2010.

[3] Aan Komariyah dan Cepi Triatna, Visonary Leadership;Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008. hlm.9

[4] Amin Widjaja Tunggal, Audit Mutu (Quality Auditing). Jakarta: Rineka Cipta, 1992. hlm.2

[5] M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001. hlm.24-28

[6] Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management Kawasan Candi Gebang: Andi Offset Yogyakarta, 1998. hlm. 4

[7] http://vitahafyan.blogspot.co.id//sejarah-total-quality-manajemen.html di akses pada tanggal 08-10-2016 pada pukul 09:15 WIB

[8] Fathurrrohman, Sulistyorini. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2012. hlm.65

[9] Ibid, hlm. 10-13

[10] M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000. hlm. 33-34

[11] Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management, Kawasan Candi Gebang: Andi Offset Yogyakarta, 1998. hlm. 18-21

0 Response to "Konsep Dasar Total Quality Manajemen (TQM)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel