Sifat-Sifat Terpuji (Akhlak Tasawuf)
SIFAT – SIFAT TERPUJI (AKHLAK TASAWUF)
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dalam islam. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Orang yang ahli dalam tasawuf disebut dengan seorang sufi. Seorang sufi menekankan aspek rohaninya dari pada jasmaninya.
Akhlak tasawuf adalah merupakan salah satu hasanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. secara historis dan teologi akhlak tasawuf tampil mengawali dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Alqur’an. Dalam artikel kali ini akan di bahas sifat-sifat terpuji yang meliputu : taubat, zuhud, wara’, ikhlas, syukur, Qana’ah, tawakal dan ridha.
Berikut penjabaran dari masing-masing sifat :
A. Taubat
Kata "at-taubah" di ambil dari kata "taub" yang artinya "kembali". Dalam bahasa Arab dikatakan "tâba ilâ Allâhi yatûbu tauban wa taubatan wa matâban" yang artinya kembali kepada Allah dari berbuat maksiat. Maka taubat berarti kembali taat kepada Allah SWT dan menyesali dengan sungguh-sungguh atas segala dosa yang telah dilakukan serta memohon ampunan dari Allah.
Dalam Al-Qur’an surat As-syura ayat 25 Allah berfirman :“Dan Dialah (Allah) yang menerima taubat daripada hamba-Nya (yang bertaubat) serta memaafkan kejahatan-kejahatan (yang telah mereka lakukan). Dan Dia mengetahui apa yang kamu semua kerjakan.”
Ciri-ciri orang yang bertaubat yakni dapat mengerjakan ibadah dengan sempurna, meninggalkan hal-hal yang buruk yang biasa dilakukan, jiwa dan perasaan terlihat tenang, bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan, tidak melakukan dosa-dosa yang lampau dan lain sebagainya.
B. Zuhud
Secara harfiah zuhud berarti bertapa di dalam dunia. Sedangkan menurut istilah yaitu bersiap-siap di dalam hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban semampunya dan menyingkir dari dunia yang haram serta menuju kepada Allah baik lahir maupun batin.
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap kan pada Al-Qur’an, Al Hadits dan ucapan para ulama.
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap kan pada Al-Qur’an, Al Hadits dan ucapan para ulama.
Misalnya surat Al-Hadiid ayat 20-23 berikut ini.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."
Ayat di atas tidak menyebutkan kata zuhud secara langsung, tetapi mengungkapkan tentang makna & hakikat zuhud. Ayat ini menerangkan tentang hakikat dunia yang sementara dan hakikat akhirat yang kekal. Kemudian menganjurkan orang-orang beriman untuk berlomba meraih ampunan dari Allah dan surga-Nya di akhirat
Imam Ahmad menafsirkan tentang sifat zuhud yaitu tidak panjang angan-angan dalam kehidupan dunia. Beliau melanjutkan, orang yang zuhud ialah orang yang bila dia berada di pagi hari dia berkata "Aku khawatir tidak bisa menjumpai waktu sore hari". Maka dia segera memanfaatkan waktunya untuk beramal dan beribadah sebaik-baiknya.
Imam Ahmad menafsirkan tentang sifat zuhud yaitu tidak panjang angan-angan dalam kehidupan dunia. Beliau melanjutkan, orang yang zuhud ialah orang yang bila dia berada di pagi hari dia berkata "Aku khawatir tidak bisa menjumpai waktu sore hari". Maka dia segera memanfaatkan waktunya untuk beramal dan beribadah sebaik-baiknya.
C. Wara’
Wara’ mengandung pengertian menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang syubhat dan meninggalkan yang haram. Lawan dari wara' adalah syubhat yang berarti tidak jelas apakah hal tersebut halal atau haram.
"Sesungguhnya yang halal itu jelas & yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada yang syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yang menjaga dari syubhat, maka selamatlah agama & kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat, maka jatuh pada yang haram" (HR Bukhari & Muslim).
Contoh: Seseorang meninggalkan kebiasaan mendengarkan & memainkan musik karena dia tahu bahwa bermusik atau mendengarkan musik itu ada yang mengatakan halal dan ada yang mengatakan haram.
"Sesungguhnya yang halal itu jelas & yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada yang syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yang menjaga dari syubhat, maka selamatlah agama & kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat, maka jatuh pada yang haram" (HR Bukhari & Muslim).
Contoh: Seseorang meninggalkan kebiasaan mendengarkan & memainkan musik karena dia tahu bahwa bermusik atau mendengarkan musik itu ada yang mengatakan halal dan ada yang mengatakan haram.
D. Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain. Secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beribadah tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”
Adapun ciri-ciri ikhlas yakni :
- Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits,“ Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
- Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang orang lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,“ Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”
- Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
- Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
E. Syukur
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, wa syukuran yang berarti berterima kasih keapda-Nya. Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih, syukranlaka artinya berterimakasih bagimu, asy-syukru artinya berterimakasih, asy-syakir artinya yang banyak berterima kasih.
Syukur menurut istilah adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan.
Firman Allah surah Al Luqman ayat 12
وَلَقَدْ ءآتَيْنَا لُقْمَنَ الْحِكْمَةَ اَنِ ا شْكُرْ لِلّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, (yaitu) bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Syukur menurut istilah adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan.
Firman Allah surah Al Luqman ayat 12
وَلَقَدْ ءآتَيْنَا لُقْمَنَ الْحِكْمَةَ اَنِ ا شْكُرْ لِلّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, (yaitu) bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Adapun ciri-ciri syukur yakni : Sekecil apa pun nikmat pasti akan disyukurinya, Selalu memuji Allah dalam setiap kesempatan, Selalu berterima kasih kepada orang yang menjadi jalan nikmat bagi dirinya, Selalu memanfaatkan nikmat yang ada untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Bersyukur dapatdi lakukan dengan tiga cara : pertama, mengetahui nikmat Allah berupa sahnya iman dan ibadah. Kedua, memuji lisanya dengan ucapan Alhamdulillah. Ketiga, melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan Allah.
F. Qana’ah
Qanaah mengandung pengertian merasa cukup/puas dengan yang ada dan cukup atas pemberian rizki atau nikmat dari Allah swt. Qana’ah sendiri secara harfiah adalah hati yang tenang, sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang memilih ridha Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhkan maksiat.
Pengertian ini merupakan kelanjutan dari sikap zuhud yang tidak mau mengejar kehidupan dunia selain kebutuhan pokok. Dalam menjalankan zuhud ia memberikan penekanan qana’ah sebagai suatu kondisi jiwa yang bernuansa pada aktivitas batin. Contoh sederhana:
- Ada ungkapan "Makanlah untuk hidup, bukan hidup untuk makan", maksudnya adalah makanlah sesuatu yang baik & halal karena kita membutuhkannya dan bukan sekedar kita menyukainya. Juga, makan bisa bernilai ibadah jika kita memakan makanan yang baik dan tidak berlebihan dengan niat supaya kita tetap sehat dan kuat sehingga bisa beraktivitas, berfikir dan beribadah kepada-Nya.
- Janganlah membeli kursi yang mewah kalau kursi kayu biasa sudah mencukupi.
- Dalam hal rumah/tempat tinggal gunakan azas manfaat daripada seni, sehingga kita tidak menghambur-hamburkan uang dengan membeli kursi berukiran nan mewah, memasang dinding marmer, lukisan kuda ataupun guci. Sedangkan disamping kita masih banyak orang yang hidup di gubuk dan beratap seng.
- Buat apa membeli kendaraan bersilinder (cylinder) 3000cc kalau dengan kendaraan 1500cc sudah mencukupi
- Manfa'atkan, nikmati dan syukuri yang ada..!
G. Tawakkal
Tawakal berasal dari kata at tawakul yang di bentuk dari kata wakala, artinya menyerahkan, mempercayai, atau mewakilkan, bersandar kepada dinding. Tawakal secara istilah adalah rasa pasrah hamba kepada allah swt yang di sertai dengan segala daya dan upaya mematuhi, setia dan menunaikan segala pertintahNya.
Firman Allah Surat Al Maidah ayat 23
…. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya :“... dan hanya kepada allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
…. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya :“... dan hanya kepada allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
Ciri-ciri tawakal :
- Mujahadah, artinya sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan tidak asal asalan. Contohnya, sebagai pelajar, belajarlah sungguh sungguh agat dapat memperoleh prestasi yang baik.
- Doa, artinya walaupun kita sudah melakukan upaya mujahadah (sungguh sungguh) kita pun harus tetap berdoa memohon kepada Allah.
- Syukur, artinya apabila menemukan keberhasilan kita harus mensyukurinya. Prinsip ini perlu kita punya. Jika tidak, kita akan menjadi orang yang sombong atau angkuh (kufur nikmat).
- Sabar, Artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan termasuk hasil yang tidak memuaskan (kegagalan). Sabar tidak berarti diam dan meratami kegagalan, tetapi sabar adalah instropeksi dan bekerja lebih baik agar kegagalan tidak terulang
H. Ridha
Kata ridha berasal dari bahasa Arab yang makna harfiahnya mengandung pengertian senang, suka, rela, menerima dengan sepenuh hati, serta menyetujui secara penuh. Ridha secara bahasa menerima dengan suka hati,
Adapun ridha secara istilah diartikan sikap menerima atas pemberian dan anugerah yang diberikan oleh Allah dengan di iringi sikap menerima ketentuan syariat Islam secara ikhlas dan penuh ketaatan, serta menjauhi dari perbuatan buruk(maksiyat), baik lahir ataupun bathin.DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemikirannya, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, Solo: Ramadhani, 1994.
Prof. Dr. Amin Syukur, MA, Drs. Masharudin. Intelektualisme Tasawuw Studi Intelektualisme Tasawuf al-Ghazali. Semarang: Pustaka Pelajar, 2002.
Makalah ini terdiri dari beberapa sumber internet antara lain :
- http://www.wikipedia.org/
- http://www.alislam-safa.com/
- http://www.kitab-riyadhus-sholihin-bab-muroqobah.html
- http://www.belajarislam.com/
- http://tanbihun.com/
- http://infodakwahislam.wordpress.com/
0 Response to "Sifat-Sifat Terpuji (Akhlak Tasawuf)"
Post a Comment