Total Quality Manajemen (TQM) Dalam Konteks Pendidikan

TQM dapat diaplikasikan dalam pendidikan walaupun tidak akan membawa hasil dalam waktu yang singkat karena esensi TQM adalah perubahan budaya (change of culture). 
Dalam idustri sejak dulu sudah ada keharusan menjaga mutu karena dapat membuat pelanggan semakin percaya terhadap produk tersebut dan akhirnya mendatangkan keuntungan bagi produsen. Kemudian lahir devisi kerja dengan nama Quality Control (kontrol mutu). Kontrol mutu adalah proses yang menjamin hanya produk yang memenuhi kualifikasi tertentu yang boleh dilempar ke pasaran. Setelah perang dunia kedua kontrol mutu diganti atau ditambah dengan penjamin mutu dan perbaikan mutu dengan mengembalikan tanggung jawab mutu pada tenaga pembuatnya. Penjamin mutu dan perbaikan mutu dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh Edward Deming.
Gerakan mutu terpadu mulai dilaksanakan dalam pendidikan pada tahun 1980-an di Amerika dan Inggris dan pada tahun 1990-an kedua Negara tersebut benar-benar dilanda gelombang gerakan mutu terpadu.


Total Quality Manajemen (TQM) Dalam Konteks Pendidikan

A.    Beberapa Miskonsepsi TQM (Total Quality Manajemen)

Yang bukan TQM (Total Quality Manajemen) adalah:
  1. TQM bukan beban. Total Quality Manajemen tidak bisa diterapkan pada dan untuk anda. Institusi harus memperkenalkan terlebih dahulu agar TQM dapat berjala lancar.
  2. TQM bukanlah inspeksi. Total Quality Manajemen adalah sebuah keinginan untuk mencoba mengerjakan sesuatu dengan selalu baik dari awal, tidak menyediakan kesempatan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah.
  3. TQM bukan sebuah tugas yang hanya dikerjakan manajer. Kata “Total” (Terpadu) mengandung makna setiap orang yang berada di dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus menerus. Kata “Management” mengandung makna TQM berlaku untuk semua orang, karena semua orang adalah manajer dalam tanggung jawabnya masing-masing.
Program Total Quality Manajemen tidak harus menggunakan nama TQM. Misalnya Boots the Chemist menyebut program mutu ekstensinya dengan “Assured Shopping”. American Express meggunakan istilah “AEQL (American Express Quality Leadership). Organisasi ini lebih menekankan kepemimpinan (Leadership) bukan manajemen.[1]

B.     Perbaikan Terus-menerus

Total Quality Manajemen dapat dipaham sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang.[2]

C.    Menjaga Hubungan dengan Pelanggan

Peter dan Waterman mengungkapkan bahwa organisasi yan unggul adalah organisasi yang menjaga hubugan dengan pelanggan dan memiliki obsesi terhadap mutu. Mereka mngakui pertumbuhan dan perkembangan sebuah institusi bersumber dari kesesuaian layanan institusi dengan kebutuhan pelanggan.

Organisasi TQM memerlukan strategi untuk memenuhi keperluan pelanggan. Pendidikan mengahadapi tantangan:
  1. Sebagian besar pelanggan pada mulanya tidak menerima informasi yang cukup, harapan-harapan pelanggan sangat beraneka ragam dan kadang kala saling bertentangan, persepsi pelajar tentang perubahan mutu akan terus berkembang saat pengalaman mereka mulai berkembang.
  2. Para pelanggan memerankan peranan penting dalam mutu belajar mereka asing-masing. Pelanggan memiliki fungsi yag unik dalam menentukan mutu apa yang mereka terima dari pendidikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya motivasi terhadap para staf yang melayani mereka serta memperjelas apa yang ditawarkan institusi dan apa yang diharapkan pelajar.[3]


D.    Kolega sebagai Pelanggan

Kolega dalam intitusi merupakan pelanggan internal yang memerlukan pelayanan internal agar mereka mampu mengerjakan tuga secara efektif. Metode terbaik untuk mengembangkan fokus pelanggan internal adalah membantu individu anggota staf agar mampu mengidentifikasi para penerima jasa mereka. Hal ini dikenal dengan “analisa antrian jasa” dan berkisar seputar pertanyaan:
  1. Siapa orang yang paling utama Anda layani?
  2. Siapa yang bergantung pada Anda agar tugas mereka dapat berjalan dengan tepat?[4]

E.     Pemasaran Internal dan mutu pembelajaran

1.      Pemasaran internal

Pemasaran internal adalah alat untuk menciptakan komunikasi dengan staf agar mereka tahu informasi tentang apa yang terjadi dalam institusi dan memiliki kesempatan untuk memperbaharui ide-ide mereka. Pemasaran internal merupakan keharusan agar ide, produk dan jasa dapat dipasarkan kepada para staf seefektif kepada para klien.

2.      Mutu pembelajaran

Miller, Dower dan Inniss bersepakat dalam buku mereka Improving Quality in Further Education, bahwa yang berlaku terhadap berbagai bentuk institusi, menegaskan bahwa institusi harus memberikan beberapa model pegajaran dan pembelajaran terhadap para pelajar, sehingga mereka memilih kesempatan untuk meraih sukses secara maksimal.

Menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam kelas bisa menggunakan pola berikut.
  1. Langkah awal dimulai dengan kerjasama pelajar dan guru dalam menetapkan “misi” mereka. Negosiasi untuk mencapai misi, gaya pembelajaran dan pengajaran serta sumberdaya yang diperlukan.
  2. Pengawasan yang detail harus dilakukan oleh ara guru dan murid untuk memastikan bahwa semua sudah berjalansesuai dengan yang diinginkan.
  3. Menciptakan rangkaian umpan balik yang terus menerus untuk menjamin mutu.
  4. Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak boleh tertinggal. Hasil evaluasi dibiarakan dengan murid agar murid dapat melengkapi hasil evaluasi.
  5. Menggunakan pengawasan formal untuk menetapkan keabsahan program-programnya.[5]

F.     Kendala-kendala yang Harus Diatasi

adapun beberapa kendala yang harus diatasi dalam Total Quality Manajemen yakni :
  1. TQM memerlukan waktu dan kerja keras untuk mengembangkan sebuah kultur mutu.
  2. TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap institusi. Manajer senior yang kembali ke metode manajemen tradisional akan menjadi penghambat.
  3. Volume tekanan eksternal berupa inisiatif lain yang menggilas mutu yang sudah dipublikasikan. Bagaimanapun mutu harus tetap diutamakan.
  4. Peran manajemen menengah yang merupakan petugas operasional harian institusi dan petugas komuikasi.
  5. Deming berpendapat bahwa menghilangkan rasa takut atau kawatir dalam upaya melakukan revolusi mutu adalah hal yang sangat esensial.[6]

FOOTNOTE

[1] https://www.scribd.com/doc/di akses pada 03-10-2019 :09:30 WIB
[2] Edward Salis, Total Quality Management in Education, ( London: Kogan Page Limitid. 1993. Hlm: 206
[3] Goetsch, David L dan Stanley B. Davis. Quality management: Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Service. New Jersey:  2000.hlm.10
[4] Tjiptono fandy dan anastasia diana, Total Quality Manajemen, Kawasan Candi Gebang: Andi offst Yogyakarta, 1998. Hlm 101-107
[5] http://susantronika.blogspot.co.id/ di akses pada tanggal 03-10-2016 pada pukul 09.30 WIB


DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Hadari . 2005.  Manajemen Strategi. Yogyakarta: Gadjah Mada Pers.
Goetsch, David L dan Stanley B. Davis. 2000. Quality management: Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Service. New Jersey:  Prentice-Hall, Inc.
Munro. Lesley dan Malcolm. 2002. Menerapkan manajemen mutu terpadu. Jakarta: PT Gramedia.
Sallis, Edward. 2008: Total Quality Management in Education. Jogjakarta: IRCiSoD.

0 Response to "Total Quality Manajemen (TQM) Dalam Konteks Pendidikan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel