Metode Penelitian (Populasi dan Sampel)

METODE PENELITIAN
POPULASI DAN SAMPEL)

Dalam sebuah penelitian, tentunya tidak akan terlepas dari unsur populasi dan sampel. Kedua unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil dari sebuah penelitian. Dari kedua unsur itu pula kevalidan data bias dipengaruhi. Bagi teman-teman yang baru mencoba melakukan sebua penelitian, sangan penting memahami terlebih dahulu apa itu populasi dan sampel. Bagaimana populasi dan sampel bekerja, serta teknik-teknik dan cara penerapanya.



Oleh karena itu, pada artikel kali ini, penulis akan membahas mengenai: Pengertian Populasi dan Sample, Teknik Sampling dan Tipe-Tipe Sampel, Menentukan Ukuran Sample, Contoh Menentukan Ukuran Sample. Adapun penjabaranya sebagai berikut:


A. Pengertian Populasi dan Sample


Pada umumnya jika berbicara mengenai definisi atau pengertian sering kali bermunculan pendapat para tokoh dalm mengemukakan sesuatu. Seperti halnya dalam pendifinisian populasi dan sample. Kali ini pemakalah akan menghadirkan pendapat beberapa tokoh guna mempermudah dalam pendifinisian populasi dan sampel. Seperti yang pemakala kutib dari buku Sugiyono yang di jelaskan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”[1].

Sementara itu dalam bukunya Sulistiono dan Basuki menyatakan populasi sebagai keseluruhan objek yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian tertentu dari keseluruhan objek yang akan diteliti.

Maka dapat pemakalah simpulkan bahwa populasi merupakan seluruh bagian data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup yang kita tentukan sebelumnya. Sementara sample merupakan sebagian dari populasi tersebut.

Semisal kita umpamakan, apabila seseorang melihat suatu kue lalu dia ingin mengetahui rasa dari kue tersebut apakah rasanya manis, asam, gurih, atau pahit, seseorang tersebut tidak perlu memakan seluruhnya. Seseorang tersebut cukup mengambil seiris, mencicipinya, kemudian menyimpulkan bagaimana rasa kue tersebut. Dengan demikian perumpamaan kue adalah populasi, sedangkan irisan kue tersebut adalah contoh atau sampel.

B. Teknik Sampling dan Tipe-Tipe Sampel


Dalam pembahasan selanjutnya kita akan mempelajari tetang teknik pengambilan sample atau yang lebih sering kita dengar sebagai teknik sampling. Terdapat berbagai macam teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) maca yaitu probability sampling dan non-probability sampling[2]. berikut dibawah ini penjelasannya:

  1. Probability sampling. Merupakan suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, tekhnik ini terdiri atas:
    • Simple random sampling: dikatakan simple atau sederhana sebab pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Cara ini dapat lakukan jika anggota populasi dianggap homogen.
    • Dispropotionate Stratified Random Sampling: Suatu teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel, jika populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
    • Proportionate stratified random sampling: salah satu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen serta berstrata secara proporsional.
    • Area sampling (Cluster sampling): Teknik sampling daerah dipakai untuk menentukan sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu kabupaten.
  2. Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik ini terdiri atas:
    • Sampling Sistematis: suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
    • · Sampling Kuota: Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel laki-laki sebanyak 70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.
    • Sampling aksidental: Sauatu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data.
    • Purposive Sampling: Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti kriminalitas di Kota atau daerah tertentu, maka kamu mengambil informan yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut.
    • Sampling Jenuh: Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil.
    • Smpling Snowball: Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan penelusuran dari sampel yang sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu informn seterusnya.

C. Menentukan Ukuran Sample


Setelah mengetahui tipe-tipe teknik sampling selanjutnya kita akan mempelajari tentang penarikan sampel. Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama dengan jumlah populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitan itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber dana.

Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya telah diketahui[3]:

Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya benda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.

Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel, misalnya dari Cochen, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sempel, terdapat sedikit perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sempel yang paling besar.

D. Contoh Menentukan Ukuran Sample


Selanjutnya berikut ini contoh penentukan ukuran sampel. Misalkan, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1=50, Sarjana Muda=300, SMK=500, SMP=100, SD=50 (populasi berstrata).

Bila jumlah populasi=1000, kesalahan 5%, maka jumlah sempelnya=258, Karena populasi berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing sempel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sempel untuk kelompok S1=14, Sarjana Muda (SM)=83, SMK=139, SMP=14, dan SD=28.

S1 =50/1000 X 258 = 13, 90 = 12, 9
SM =300/1000 X 258 = 83, 40 = 77, 4
SMK =500/1000 X 258 = 139, 0 = 129
SMP =100/1000 X 258 = 27, 8 = 25, 8
SD =50/1000 X 258 = 13, 91 = 12, 9
Jumlah = 258

Jadi jumlah sempelnya=12, 9 + 77, 4 +129 + 25, 8 + 12, 9 +=258. Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13=259.

Pada perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman dari pada kurang dari 258.

Berikut ini Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, 10%



DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R & D, 2012. Bandung: Cv. Alfa Beta.
Sulistyo, Basuki. 2010. Metode Penelitian, Jakarta: Penaku.
Margono, 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharismi, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Artikel ini terdiri dari beberapa sumber internet antara lain:
http: //pengertianku.net/ di akses pada tanggal 08/10/2016 pada pukul 09:20 WIB

[1] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R & D, Bandung: Cv. Alfa Beta, 2012. Hal.117

[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R & D, Bandung: Cv. Alfa Beta, 2012. Hal.119

[3] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif dan R & D, Bandung: Cv. Alfa Beta, 2012. Hal.126

0 Response to "Metode Penelitian (Populasi dan Sampel)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel